Kamis, 28 Mei 2020

kesalahan

Salah Rasa

Oleh : Pitri Ayu

 

Apa pendapat kalian tentang seorang perempuan yang mengungkapkan rasa duluan? Saat itu aku berpikir tidak masalah, toh aku hanya mengatakan suka bukan mengatakan untuk berpacaran. Sebut saja di Satria, senior beda jurusan yang aku suka hanya karena melihat punggungnyan saat aku berjalan dibelakangnya. Satria orang yang baik, alim, dan ganteng tentunya, ditambah lagi dia anak rohis sempurna rasa sukaku kepadanya. Waktu itu zaman FB, yang namanya orang lagi jatuh cinta pasti akan melakukan berbagai macam cara untuk mengenal lebih dekat orang yang disukainya, hingga yang aku lakukan adalah mestalking FB dia dan mencuri beberapa potonya untuk dijadikan walpaper HP, sialnya, aksi itu diketahui oleh guruku yang kebetulan juga mengajar dikelas Satria, habis sudah aku diketwai satu kelas.

Banyak hal gila yang aku lakukan saat masih menyukai Satria, salah satunya memilih bangku depan, bukan karena pintar tapi karena ingin melihat kelas dia yang ada disebrang saja, dan apabila aku melihat dia keluar akupun ikut keluar wlau tujuannya berbeda, dia ke labor dan aku ke toilet yang ada disamping labor, walaupun aku tidak punya kebutuhan di toilet tersebut demi Satria akan kulakukan. Pernah juga saat kelas kami lagi praktek dilabor atas, aku tak sengaja memandang Satria yang sedang makan dikantin bawah, ternyata aku dipergoki oleh pak Tanjung guru kami yang paling gokil, karena pak Tanjung tahu aku suka Satria dan beliau juga dekat dengan Satria maka disorakilah Satria tadi oleh pak Tanjung dari atas, menyampaikan pesan salam dariku yang tak pernah aku ucapkan sebelumnya tentu saja aku malu dan kesal sama pak Tanjung tapi bapak berkata “kenapa harus malu? Kamu kan hanya suka, biar saja dia tahu “ aku diam dan pergi dari sana.

Pernahkah kalian memberikan ucapan semangat kepada orang yang kalian suka secara diam-diam? Sejenis mengirim surat kaleng gitu? Aku pernah. Saat itu lagi UN, aku dan sahabatku Nurul pergi ke sekolah sore-sore hanya untuk mencari bangku ujian Satria dimana. Nah, pas ketemu kuletakanlah surat kaleng itu di lacinya, isinya sederhana hanya sebuah pesan semangat dari seseorang yang tidak diketahui. Hanya sesederhana itu.

Terngiang kalimat guruku yang mengatakan “kalau suka diungkapkan” maka kuberanikan diri untuk mengungkapkan rasa ini kepadanya, tidak secara langsung tapi lewat pesan di FB. Kusampaikan padanya bahwa aku menyukainya, dan dia merespon dengan emoticon senyum serta ucapan terimakasih. Kumaklumi, dia anak rohis pasti menjaga pandangan dan perasaan agar tidak pacaran dan aku lega, setidaknya dia tahu. Beberapa waktu kemudian aku mendengar kabar ternyata orang yang aku kagumi dan hormati itu berpacaran dengan anak jurusan sebelah, kecewa sih tapi aku langsung berasa ilfil gitu, ternyata dia sama dengan laki-laki kebanyakan. Hingga akhirnya aku merasa bersalah, kok bisa aku suka sama dia dan mengungkapkan rasa ini padanya. Itu adalah kesalahan yang tidak ingin aku ulangi kembali.

Dari kesalahanku ini, kuambil pelajaran bahwa diam itu emas jika disaat yang tepat. Jangan terburu-buru mengungkapkan rasa, liat situasi dan kondisi dulu, dan yang pasti jangan menaruh rasa sembarangan, salah taruh jadinya hilang kan. Sekian cerita hari ini, see you

 

 


Jumat, 22 Mei 2020

Kehidupan

Bagian satu


Piring di hempas ke lantai, kuali terbang kesungai, Periuk tergeletak kenak banting dari tungku. 

Kawan keparat apo itu, awak susah inyo buek tambah susah. Maki ibu

Ba a lai, zaman Sadang susah, dak taloknyo mambali maha.ayah membela diri

Manambah agak saketek pun dak nio? Kaparaiak, abg pulangan pitih tu baliak dak rila den sepeda anak den dibali saharago 20 ribu. Ancam ibu pada ayah

Kanciang dek kau, den lah panek kaingkin dek kau suruah, kini kau minta den mamulangan pitih tu, pulanganlah dek kau surang. Jawab ayah dengan marah

Den cabiak pitih ko lah, ancam ibu penuh emosi

Cabiak lah, kanciang. Tantang ayah dengan emosi pula

Dum, pintu terbanting. Ayah pergi dari rumah

Ya Allah, ba a ko sangsaro Bana hiduik den ko, mati se lah den minta ka kau ya tuhan. Teriak lirih sang ibu didapur

Kak, Lok, Upa... Sini! Ibu memanggil kami dengan keras.

Dengan langkah gontai kami menuju ibu, 

Apa Bu? Jawab kami.

Kalian beli racun tikus tempat Bu  subuh, habis tu kalian minum, biar ibu pastikan kalian mati duluan baru ibu ikutan mati.

Astaghfirullah Bu, ibu mau kita bunuh diri? Tanyaku

Dak sanggu ibu hidup kayak gini, hidup udah susah, banyak hutang, sepeda KK dijual dengan harga murah, kayak mana hidup kita kedepannya lagi? Mending mati ajalah kita sekeluarga biar ayah aja tinggal sendirian. Ucap ibu penuh emosi

Jangan lah gitu Bu, kata ustadz Fajarudin orang yang mati bunuh diri langsung terjerumus kedalam api neraka, dak keluar lagi do. Ibu mau kekal di neraka? Ibu sanggup? Tanyaku lirih pada ibu

Jadi dak boleh kita bunuh diri nak? Tanya ibu sambil ketawa bercampur air mata

Istighfar Bu, jawabku dengan mata berkaca

Waktu itu usia ku sembilan tahun, hidup dalam keluarga yang serba kekurangan bukanlah hal yang mudah, Alhamdulillah sejak kecil aku sudah dibekali ilmu agama oleh ibuku, dimasukannya aku ke surau dan MDA agar aku mendapat pemahaman agama yang baik. Ya, setidaknya bekal agama itu bisa membuat ibu menghentikan aksi pe cobaan bunuh diri yang ingin dilakukannya.

Saat itu ekonomi memang sangat susah, hutang dimana-mana. Ayah kehilangan pekerjaannya sudah hampir setahun ayah menganggur, untuk memenuhi kebutuhan hidup kami ibu bekerja serabutan, kadang membersihkan botol atau plastik bekas yang perkilonya dihargai 3000 kala itu, kadang bekerja di pabrik cuka ayah pipi, teman sekelasku, hingga akhirnya menjadi pembantu di perumahan elit wilayah atas sana. Setiap pagi aku harus membawa dagangan kesekolah, ada beberapa tentengan yang aku bawa, tiga letak diwarung, dan satu aku bawa kekelas. 

Biasanya setiap pagi aku berangkat sekolah bareng Desi, karena sekarang Desi ada teman baru yang dekat dengan rumahnya, jadi ibu Esi tidak lagi mengantar Esi ke jamban rumah ku, tapi ke jamban rumah Mimi, maklum rumah Esi di seberang sungai jadi ia harus naik sampan agar sampai kesekolah. Karena sudah tidak ada Desi, aku sering mampir kerumah Pipi, kebetulan ia baru pindah kerumah petak ibu ijas, ayahnya membuat pabrik cuka dan garam, ayah pipi seorang pengusaha, ayah dan mama pipi orang baik, mereka sering memborong kue kue ku saat aku menunggu Pipi untuk berangkat kesekolah bareng. 

Selama menjadi pengangguran ayah sering bermenung, tak ada yang bisa ayah lakukan, ayah tak punya keahlian apapun selain membalak kayu dan membawa kapal. Beruntung, ayah adalah orang yang baik dan royal, sehingga saat susah teman-temannya lah yang sering memberi sedikit uang dan rokok untuk hidup ayah, sebut saja pak Irsyad yang sering datang kerumah untuk membantu atau sekadar berbagi cerita, walau rumah pak Irsyad jauh di atas, ia tak pernah bosan untuk mengunjungi kami di wilayah bawah. istri pak Irsyad jugak baik, sebut saja buk Susi, beliau sering memberi kami makanan, aku senang jika buk Susi datang berkunjung. 

Alhamdulillah, dalam dunia yang menyakitkan ini masih saja ada orang yang peduli kepada kami, satu lagi yang paling kuingat sosoknya, aku memanggil Bumun, dulu beliau adalah tetangga kami, karena beliau punya tanah di seberang beliau pun pindah, tapi masih sering berkunjung kerumah kami, pernah suatu hari ibu sangat membutuhkan uang, entah untuk keperluan apa, aku lupa. Ibu meminjam kepada bumun, padahal saat itu bumun juga lagi kekurangan uang, ia rela menjual kalungnya untuk dipinjamkan ke ibu dan mengantar langsung kerumah, padahal yang minjam ibu, tapi bumun mau mengantar pinjaman kerumah. Karena jarak rumah kami dibatasi oleh sungai Siak, bumun harus naik sampan agar sampai kerumah, bumun meminjam sampan ibu Esi karena beliau tidak punya sampan, ternyata sampan ibu Esi bocor, hampir saja mereka tenggelam disungai Siak, Alhamdulillah mereka selamat. Belum ada kutemui orang sebaik bumun, semoga Allah SWT memberikan rahmatnya kepadamu, bumun.

Kemiskinan, kekurangan, hutang, gunjingan tetangga, kenyang aku merasakannya. Belum lagi nilai akademik ku yang pas pas an, dapat bantuan raskin, makan ikan busuk, dikasih barang bekas, dipandang sebelah mata, kesedihan seperti apa yang harus kututupi? 

Berjualan dikelas bukan tidak ada yang membuly, bukan sekolahan namanya jika tidak ada anak jail yang suka mengganggu, beruntung aku punya teman seperti Desi, Pipi dan Nona, mereka selalu membantuku ketika aku dikatai oleh Budi dan Hari si tukang bully di kelas kami.

Tuhan telah mengajariku tentang berjuang, membiarkanku bersedih hati lalu menghadirkan sosok penyejuk hati. Aku sedih hidup kekurangan, tapi aku bangga punya sahabat yang tidak memandang harta walau dia anak orang kaya. Tidak ada yang lebih berharga dalam hidupku selain memiliki sahabat seperti kalian, Nona, Desi, Pipi.

Rabu, 19 November 2014

aku melihat awan hitam tengah menyelimuti negriku
aku melihat kegelapan mulai datang menghadang.
aku tak melihat cahaya terang di bumi pertiwi,,

para penguasa, tengah bermegah
rakyat kecil bersusah payah,,
inikah negri yang katanya sepotong taman surga itu???

inikah negri yang jaya itu??

di mana para penguasa tunduk kpd negara adidaya,,
dimana rakyat kecil menjerit , tapi tak di dengar,
di mana para rakyatnya banyak yang menderita,,

inikah negri surga itu???


tidak,,
selagi kita negri ini di bawah negara asing,
maka negri ini tak akan pernah jadi surga